Rabu, 16 Maret 2016

Makalah Manajemen kinerja islam




BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah

Manajemen merupakan suatu proses yang sangat dibutuhkan dalam dunia perusaan, karena dalam proses manajemen terdapat langkah-langkah atau tahapan dalam mencapai tujuan perusahaan sehingga dapat mencapai tujuan tersebut secara efektif dan efisien.
Selain proses manajemen yang perlu diperhatikan dalam sebuah instansi atau organisasi, kinerja dalam sebuah instansi juga perlu diperhatikan. Karena, kinerja merupakan hasil kerja dan juga penilaian atas kerja seseorang yang berkecimpung dalam dunia kerja sebuah instansi. Oleh karenanya, kinerja juga membutuhkan manajemen, agar hasil yang diperoleh atau kinerja dari para pekerja atau karyawan dapat mencapai hasil yang ditujukan oleh perusahaan.

Melaksanakan manajemen kinerja akan memberikan manfaat bagi organisasi, tim, dan individu. Manajemen kinerja mendukung tujuan menyeluruh organisasi dengan mengaitkan pekerjaan dari setiap pekerja dan manajer pada keseluruhan unit kerjanya. Semuanya akan dibahas dalam makalah ini.













BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pengertian Kinerja
Kerja menurut kamus bahasa Indonesia adalah melakukan sesuatu, sesuatu yang dilakukan. Sedangkan konsep kinerja merupakan singkatan dari kinetika energi kerja yang sinonimnya dalam bahasa Inggris adalah performance. istilah performance sering di indonesiakan sebagai performa..[1]Kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh indikator-indikator suatu pekerjaan dalam kurun waktu tertentu.[2]Menurut Sudarmanto, dalam berbagai literatur, pengertian tentang kinerja sangat beragam. Akan tetapi, dari berbagai perbedaan pengertian, dapat dikategorikan dalam dua pengertian dibawah ini:
a.       Kinerja merujuk pengertian sebagai hasil, kinerja merupakan catatan hasil yang diproduksi atas fungsi pekerjaan tertentu atau aktivifitas selama periode waktu tertentu.
b.       Kinerja merujuk pengertian sebagai perilaku, kinerja merupakan seperangkat perilaku yang relevan dengan tujuan organisasi tempat orang bekerja

Terkait dengan konsep kinerja, ada 3 level kinerja yakni:
1.      Kinerja organisasi; merupakan pencapaian hasil (out  come) analisis organisasi. Kinerja pada level ini terkait dengan tujuan, rancangan dan manajemen organisasi.
2.      Kinerja proses; merupakan kinerja pada proses tahapan dalam menghasilkan produk dan layanan.
3.      Kinerja individu; merupakan pencapaian atau efektifitas tingkat pekerjaan. Kinerja pada level ini dipengaruhi oleh tujuan rancangan dan manajemen pekerjaan serta karakteristik individu




2.      Kinerja dalam Pandangan Islam
a.       Tentang kinerja
      Pengertian kinerja atau prestasi kerja ialah kesuksesan seseorang di dalam melaksanakan pekerjaan.[3]sejauh mana keberhasilan seseorang atau organisasi dalam menyelesaikan pekerjaannya disebut “level ofperformance”. Biasanya orang yang level of performance tinggi disebut orang yang produktif, dan sebaliknya orang yang levelnya tidak mencapai standart dikatakan sebagai tidak produktif atau ber performance rendah.[4]
b.      Ayat Al- Qur’an tentang kinerja
وَلِكُلٍّ دَرَجَاتٌ مِمَّا عَمِلُوا ۖ وَلِيُوَفِّيَهُمْ أَعْمَالَهُمْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
      Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang Telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagimereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan.( Al-Qur’an surat Al-Ahqaaf ayat 19)[5]
Dari ayat tersebut bahwasanya Allah pasti akan membalas setiap amal perbuatan manusia berdasarkan apa yang telah mereka kerjakan. Artinya jika seseorang melaksanakan pekerjaan dengan baik dan menunjukkan kinerja yang baik pula bagi organisasinya maka ia akan mendapat hasil yang baik pula dari kerjaannya dan akan memberikan keuntungan bagi organisasinya.
Kita dapat mengambil pelajaran dari ayat di atas bahwa setiap manusia yang bekerja akan mendapatkan balasan yang sesuai dengan apa yang di kerjakannya. Seperti Allah SWT akan menaikkan derajat bagi mereka yang bekerja
3.      Syarat  Manajemen Kinerja Islam
      Beberapa syarat manajemen kinerja islam,antara lain :
1.       Kerja, aktifitas, amal dalam islam adalah perwujudan rasa syukur kita kepada Allah SWT.[6]
2.      Seorang muslim hendak nya berorientasi pada pencapaian hasil :hasanah fi addunyaa dan hasanah fi al-akhirath.[7]

3.      Dua karakter yang hendak nya kita miliki : Al- Qawiyy dan Al-Amiin.
            Al-Qawyy merujuk kepada reliability, dapat di andalkan, juga berarti, memiliki kekuatan fisik dan mental (emosional, intelektual, spiritual), sementara Al-Amin merujuk kepada integrity, satunya kata dengan perbuatan alias jujur, dapat memegang amanah.
Dari ayat di atas dapat kita ambil pelajaran dari kisah Nabi Musa a.s. disebutkan di sumber air yang terdapat di negeri yang bernama Mad-yan, ia menjumpai segumpulan orang yang ingin memberi minum ternaknya. Lalu ia menjumpai dua orang wanita yang sedang mengikat hewan ternaknya tetapi tidak memberi minum hewan ternak mereka itu sebelum pengembala-pengembala yang lain member minum hewan ternaknya. Melihat kejadian itu, Nabi Musa memberi minum hewan ternak milik kedua wanita itu. Kemudian dua wanita ini berterima kasih kepada Nabi Musa atas apa yang telah ia lakukan dan menyuruhnya untuk datang kepada ayah mereka yang bernama Syuaib. Lalu Syuaib memberikan balasan (pekerjaan) kepada Nabi Musa.
4.      Kerja keras
Cirri pekerja keras adalah sikap pantang menyerah, terus mencoba hingga berhasil, serta seorang pekerja keras tidak mengenal kata gagal. Dapat kita ambil pelajaran bahwa setiap orang yang bekerja keras itu tidak boleh pantang menyerah dengan apa yang terjadi. Terus terus dan terus mencoba hingga sampai kepada keberhasilan. Tidak ada kata gagal, karena kegagalan adalah sukses yang tertunda.
5.      Kerja dengan cerdas
Cirri nya memiliki pengetahuan dan keterampilan, terencana, memanfaatkan segenap sumber daya yang ada,[8] jika kerja dimaknai dengan semangat maka kinerja seorang muslim bersumber dari visi nya : meraih hasanah fi dunya dan hasanah fi al-akhirath. Kerja dengan cerdas maksudnya adalah bekerja dengan baik, sungguh-sungguh, dan mencapai suatu keberhasilan sesuai dengan apa yang telah di rencanakan.



     


      4.      Filosofi Manajemen Kinerja Islam
             Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah: 30
      وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
        
       Dan Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (Q.S. Al Baqarah  : 30)[9]
Ayat tersebut menunjukkan kesangsian malaikat tentang kemampuan manusia untuk mengelola bumi. Pertanyaan yang sangat wajar mengingat tugas menjadi khalifah di muka bumi bukan merupakan tugas yang mudah, terlebih lagi malaikat mengetahui bagaimana karakter buruk dari manusia.
Dari ayat di atas dapat kita ambil pelajaran bahwa Allah Swt ingin manusia menjadi khalifah (pengelola) di muka bumi. Tetapi para malaikat protes terhadap hal itu karena menurut para malaikat manusia tidak bisa menjadi khalifah. Menurut para malaikat manusia hanya bisa saling menumpahkan darah, sementara para malaikat senantiasa bertasbih kepada Allah SWT. Allah SWT Berfirman Q.S Al-Ahzab: 72
إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ ۖ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.” (QS Al-Ahzab:72)
Akan tetapi keputusan Allah menunjuk manusia sebagai khalifah pasti benar adanya, karena Allah telah menyiapkan sedemikian rupa sehingga bumi seisinya dipersiapkan untuk khalifah yang akan memakmurkannya.


وَهُوَ الَّذِي سَخَّرَ الْبَحْرَ لِتَأْكُلُوا مِنْهُ لَحْمًا طَرِيًّا وَتَسْتَخْرِجُوا مِنْهُ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا وَتَرَى الْفُلْكَ مَوَاخِرَ فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“dan Dia-lah Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.” (QS An-Nahl:14)
Allah juga telah memberikan manusia kapasitas dasar manajerial dalam rangka tugasnya sebagai khalifah, dalam kaidah tersebut hal yang mendasar dalam rangka bisa mencapai kesuksesan adalah adanya kemampuan untuk mengelola (kemampuan managerial). Kemampuan manajerial tersebut hanya dapat diaplikasikan terhadap hal-hal yang terukur, sedangkan proses pengukuran dapat dilakukan apabila kita mampu untuk mendefinisikan apa yang kita ukur tersebut.[10]Sehingga dapat disimpulkan beberapa kata kunci dalam kaidah tersebut :
1.      Kapasitas untuk bisa mendefinisikan
2.      Kapasitas untuk bisa mengukur
 Allah telah mengajarkan seluruh nama-nama sehingga manusia mampu mendefinisikan segala sesuatu yang terdapat dimuka bumi ini, ini merupakan karunia Allah kepada manusia dalam rangka tugasnya sebagai khalifah, Keseimbangan alam semesta yang merupakan hasil penciptaan Allah merupakan karya mahatinggi yang penuh dengan ketelitian dan keindahan. Seandainya Allah tidak menciptakan segala sesuatu di muka bumi ini dengan presisi (tingkat ketelitian tinggi) maka niscaya tata surya akan hancur lebur karena bertabrakan satu dengan lainnya. Manusia mungkin tidak akan pernah ada apabila komposisi udara didominasi oleh CO2. Kehidupan di bumi ini tidak akan ada seperti saat ini apabila Allah tidak memberikan lapisan atmosfer yang melindungi permukaan bumi dari sinar ultraviolet. Ini menunjukkan bahwa Allah menciptakan alam semesta ini dengan penuh perhitungan agar kelak dapat dimanfaatkan oleh manusia.
Oleh karena itu terpenuhilah kapasitas dasar manusia untuk mengelola bumi ini dengan kemampuannya untuk mendefinisikan dan kemampuannya untuk dapat mengukur sehingga proses manajemen untuk memakmurkan alam semesta dapat dilakukan.[11] Akan tetapi kapasitas dasar yang dimiliki manusia tersebut bisa menjadi pedang bermata dua. Satu sisi bisa membawa kemakmuran apabila dikelola sesuai dengan manajemen langit yang telah Allah ajarkan kepada manusia, sedangkan disisi lain bisa mengantarkan kepada jurang kehancuran apabila pengelolaannya hanya mengikuti manajemen hawa nafsu belaka.[12]
Dalam konteks yang lebih kecil misalnya dalam sebuah organisasi atau perusahaan, kemampuan untuk mendefinisikan dan kemampuan untuk mengukur ini sangat dibutuhkan untuk mengetahui sejauhmana kinerja manajemen dalam mencapai visi maupun misi organisasi tersebut. Apabila organisasi tidak dapat mendefinisikan tujuannya maka dia tidak tahu apakah dia sudah melangkah kedepan atau hanya berjalan ditempat.[13]
Dalam konsep manajemen islam (red. syari’ah) pencapaian tujuan suatu organisasi atau perusahaan tidak hanya sebatas di duniawi saja, akan tetapi menembus batas langit sebagai tujuan akhir yang hakiki. Sehingga pengelolaan sumber daya yang terdapat dalam perusahaan mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Allah agar dapat menembus tujuan akherat. aturan-aturan tersebut merupakan koridor yang harus ditempuh agar Allah meridhoi. Sebagai contoh, dalam perusahaan yang berbasis pada manajemen langit, maka tidak akan terdapat eksploitasi sumberdaya alam secara berlebihan tanpa ada proses pelestarian. Para karyawan dan pekerja menjadi aset bukan sumber daya yang dieksploitasi habis-habisan dimana setelah tidak berguna dicampakkan. produk-produk yang dihasilkan merupakan produk yang halal dan membawa manfaat untuk kemaslahatan umat. Hal tersebut sangat kontras dengan konsep manajemen konvensional yang seakan-akan boleh menghalalkan segala cara untuk mendatangkan keuntungan, tanpa mempertimbangkan kemaslahatan umat.
5.      Tujuan Manajemen Kinerja Islam
Sebenarnya umat islam termasuk beruntung karena semua pedoman dan panduan sudah terkodifikasi, kini tinggal bagaimana kita menterjemahkan dan mengapresiasikan nya dalam kegiatan harian, mingguan, dan bulanan. Jika kita pandang dari sudut bahwa tujuan hidup itu mencari ridha allah SWT maka apapun yang dikerjakan nya, apakah di rumah, di kantor, di ruang kelas, di perpustakaan, di ruang penelitian atau pun dalam kegiatan ke masyarakatan, takkan lepas dari kerangka tersebut.
Artinya, setiap pekerjaan yang kita lakukan, dilaksanakan dengan sadar dalam rangka pencapaian ridha allah. Cara melihat seperti ini akan memberikan dampak, misalnya, dalam kesungguhan mendapat pekerjaan. Jika seseorang sudah meyakini bahwa Allah SWT sebagai tujuan akhir hidup nya maka apa yang dilakukan nya di dunia tak dijalan kan dengan sembarangan. Ia akan mencari kesempurnaan dalam mendekati kepada Al-Haq. Ia akan mengoptimalkan seluruh kapasitas dan kemampuan indrawi yang berada pada diri nya dalam rangka mengaktualisasikan tujuan kehidupan nya.[14] Ini bias berarti bahwa dalam bekerja ia akan sungguh-sungguh karena bagi diri nya bekerja tak lain adalah ibadah, pengabdian kepada yang maha suci. Lebih seksama lagi, ia akan bekerja dalam bahasa populernya secara professional.[15]
Apa itu professional? Dalam khasanah islam mungkin bias dikaitkan dengan padanan kata ikhsan. Setiap manusia, seperti di ungkapkan Al-Qur’an, diperintahkan untuk berbuat ikhsan agar dicintai Allah. Kata ikhsan sendiri merupakan salah satu penguat disamping kata iman dan islam. Dalam pengertian yang sederhana, ikhsan berarti kita beribadah kepada Allah seolah-olah ia melihat kita. Walaupun kita memang tidak bisa melihat-Nya, tetapi pada kenyatan nya allah menyaksikan setiap perbuatan desir kalbu kita. Ikhsan adalah perbuatan baik dalam pengertian sebaik mungkin atau secara optiamal.
Menurut nurcholis madjid, dari konteks hadist itu dapat disimpulkan bahwa ihsan berarti optimalisasi hasil kerja dengan jalan melakukan pekerjaan itu dengan sebaik mungkin, bahkan sesempurna mungkin. Penajaman pisau untuk menyembelih merupakan isyarat, efesiensi dan daya guna yang setinggi-tinggi nya. Allah sendiri mewajibkan ihsan atas segala sesuatu seperti tercermindalam Al-Qur’an, yang membuat baik, sebaik=baik nya segala sesuattu yang diciptakanNya.
6.      Pembagian Manajemen Kinerja Islam
Dalam pelaksanaan kerja bisa saja terjadi ada nya dua perintah sehingga menimbulkan dua arah yang berlawanan. Oleh karna itu, perlu alur yang jelas dari mana karyawan mendapat wewenang untuk melaksanakan pekerjaan dan kepada siapa ia harus mengetahui batas wewenang dan tanggung jawab nya agar tidak terjaid kesalahan. Pelaksanaan kesatuan pengarahan  (unity of direction) tidak dapat terlepas dari pembagian kerja, wewenang dan tanggung jawab, disiplin, serta kesatuan perintah.[16]
Pembagian kinerja harus disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian sehingga pelaksanaan kerja berjalan efektif. Oleh karna itu, dalam penempatan karyawan menggunakan prinsip the right man in the right place.  Pembagian kerja harus rasionla/objektif, bukan emosional subyektif yang didasarkan atas dasar like and dislike.
Dengan adanya prinsip orang yang tepat ditempat yang tepan (the right man in the right place) akan memberikan jaminan terhadap kestabilan, kelancaran dan efesiensi kerja, pembagian kinerja yang baik merupakan kunci penyelenggaran kerja. Kecerobohan dalam pembagian kinerja akan berpengaruh kurang baik dan mungkin menimbulkan kegagalan dalam penyelenggaraan pekerjaan, oleh karna itu, seorang manajer ynag berpengalaman akan menempatkan pembagian kinerja sebagai prinsip utama yang akan menjadi titik tolak bagi prinsip-prinsip lain nya.
7.      Manfaat Manajemen Kinerja Islam
Hakikat manajemen kinerja adalah bagaimana mengelola seluruh kegiatan organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkann sebelum nya. Manajemen kinerja bukan nya memberi manfaat kepda organisasi saja tetapi juga kepada manajer dan individu. Bagi organisasi, manfaat manajemen kinerja adalah menyesuaikan tujuan organisasi drengan tujuan tim individu, memperbaiki kinerja, memotivasi pekerja, meningkatkan komitmen, mendukung nilai-nilai inti, memperbaiki proses pelatihan dan pengembangan, meningkatkan dasar ketrampilan, mengusahakan perbaikan, membantu pekerja terampil agar tidak pindah, dan mendukung program perubahan biaya,
Bagi manajer manfaat manajemen kinerja antara lain, menawarkan peluang menggunakan waktu secara berkualitas, memperbaiki kinerja tim dan individual, mengusahakan penghargaan nonfinansial pada staf, membantu karyawan yang kinerja nya rendah, digunakan untuk mengembangkan individu, mendukung kepemimpinan, proses motivasi dan pengembangan tim, mengusahakan kerangka kerja untuk meninjau ulang kinerja dan tingkat kompensasi.
Bagi individu, manfaat manajemen kinerja antara lain dalam bentuk, memperjelas peran dan tujuan, mendorong dan mendukung untuk tampil baik, membantu pengembangan kemampuan dan kinerja, peluang menggunakan waktu secara berkualitas, dsb.


BAB III
KESIMPULAN
a.      Kesimpulan
Manajemen kinerja didefenisikan oleh Bacal (1999) sebagai proses komunikasi yang berkesinambungan yang dilakukan dalam kemitraan antara seorang karyawan dan atasan.
Jadi, kesimpulan dari manajemen kinerja adalah kegiatan yang mengkaji ulang kinerja secara berkesinambungan untuk meningkatkan dan mengembangkan kinerja lebih lanjut
Tujuan manajemen kinerja ada 3 macam, yaitu: tujuan strategik, tujuan administratif, dan Tujuan Pengembangan. Prinsip-prinsp dasar manajemen kinerja adalah kejujuran, Pelayanan, Tanggung jawab, Bermain, Rasa kasihan, Perumusan tujuan, Konsensus dan kerja sama, Berkelanjutan, Komunikasi dua arah, Umpan balik.

b.       Saran
Pemakalah menyarankan kepada para pembaca untuk membaca  materi lain yang berkenaan atau menyangkut materi ini. Karena, pemakalah hanya menyajikan materi yang sesuai dengan ilmu yang dimiliki oleh pemakalah.

 
 DAFTAR PUSTAKA
-Erinie Tisnawati, 2008, Pengantar Manajemen, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

-Agus Dharma, 2003. Manajemen Supervisi, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

-Irine Diana Sari Wijayanti, SE, MM, 2008,  Manajemen, Yogyakarta: Mitra Cendikia Pres.

-CN Parkison, 1986, Manajemen Efektif, Semarang: Dahara Prize.

-Prof Dr Wibowo, S. E., M. Phil, 2009, Manajemen Kinerja edisi kedua, Jakarta: Rajawali Pers
Dr.Mutiara S. Panggabean, M. E, 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bogor : Eghalia Indonesia.

-Dr. Surya Dharma MPA, 2005, Manajemen Kinerja, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

-Ahmad Ibrahim, 2012, Manajemen Syari’ah, Jakarta: Rajawali Pers.
Prof.Dr. Lijen Poltak Sinambela MM M.PD, 2014, Kinerja Pegawai Teori Pengukuran dan Implikasi, Yogyakarta: Graha Ilmu

-Prof. Dr, Moeharjono M. Si, 2012, Pengukuran Kinerja Brbasis Kompetensi Edisi Revisi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

-Dewrmawan Wibisono Ph. D, 2008,  Manajemen Kinerja, Jakarta: Erlangga.

-Randalls Schuler dan Susan E. jacson, 2010, Manajemen SDM, Jakarta: Erlangga.

-George R. Terry dan Leslic N. rue, 2010, Dasar-dasar Manajemen, Jakarta: Bumi Aksara

-Steppen P. Robbins, dan Mary Coulter, 2010, Manajemen Jilid 2, Jakarta: Erlangga.






[1].  Lebas, M, Perfomance Measurement and Perfomance, International Journal of Production Economics, 1995, Hal 1-3
[2]. Lebas, M, Perfomance Measurement and Perfomance, International Journal of Production Economics, 1995, Hal 1-3

[3].  CN Parkison, Manajemen Efektif, Semarang: Dahara Prize, 1986, Hal 61.
[4].  Ibid hal 5
[5]. Al-Qur’an surat Al-Ahqaaf, ayat 19, Semarang: PT Karya Toha Putra, Hal 504
[6]. Ahmad Ibrahim, Manajemen Syari’ah, Jakarta: RajawaliPers, 2012, Hal 251.
[7]. Ibid, Hal 41
[8]. Ibid, Hal 23
[9].  Ibid Hal 7
[10].  Dr. Surya Dharma MPA, Manajemen Kinerja, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, Hal 32.
[11].  Suit, Yusuf dan Almasli, Aspek Sikap Mental Dalam Manajemen Sumber Daya Manusia, Ghalia Indonesia, 1997.  Hal 89.
[12] . Ibid, Hal 90
[13]. Prof Dr. Wibowo, S. E, M. Phil, Manajemen Kinerja edisi kedua, Jakarta: Rajawali Pers, 2009, Hal 21
[14]. Ibid, Hal 31.
[15].Ibid, Hal 42
[16]. Dermawan Wibisiono, Ph, D, Manajemen Kinerja,  Jakarta: Erlangga, Hal 8.

1 komentar:

  1. The casino, poker rooms and events in India
    In India, the most popular games include the popular video poker, roulette, 안산 출장샵 and slot 평택 출장마사지 machines. 제천 출장안마 But 군포 출장샵 where did people find them? 안성 출장마사지 Here's how.

    BalasHapus