BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Manajemen merupakan suatu proses yang sangat dibutuhkan
dalam dunia perusaan, karena dalam proses manajemen terdapat langkah-langkah
atau tahapan dalam mencapai tujuan perusahaan sehingga dapat mencapai tujuan
tersebut secara efektif dan efisien.
Selain proses manajemen yang perlu diperhatikan dalam
sebuah instansi atau organisasi, kinerja dalam sebuah instansi juga perlu
diperhatikan. Karena, kinerja merupakan hasil kerja dan juga penilaian atas
kerja seseorang yang berkecimpung dalam dunia kerja sebuah instansi. Oleh
karenanya, kinerja juga membutuhkan manajemen, agar hasil yang diperoleh atau
kinerja dari para pekerja atau karyawan dapat mencapai hasil yang ditujukan
oleh perusahaan.
Melaksanakan manajemen kinerja akan memberikan manfaat
bagi organisasi, tim, dan individu. Manajemen kinerja mendukung tujuan
menyeluruh organisasi dengan mengaitkan pekerjaan dari setiap pekerja dan
manajer pada keseluruhan unit kerjanya. Semuanya akan dibahas dalam makalah
ini.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Kinerja
Kerja
menurut kamus bahasa Indonesia adalah melakukan sesuatu, sesuatu yang
dilakukan. Sedangkan konsep kinerja merupakan singkatan dari kinetika energi
kerja yang sinonimnya dalam bahasa Inggris adalah performance. istilah
performance sering di indonesiakan sebagai performa..[1]Kinerja
adalah keluaran yang dihasilkan oleh indikator-indikator suatu pekerjaan dalam
kurun waktu tertentu.[2]Menurut
Sudarmanto, dalam berbagai literatur, pengertian tentang kinerja sangat
beragam. Akan tetapi, dari berbagai perbedaan pengertian, dapat dikategorikan
dalam dua pengertian dibawah ini:
a.
Kinerja
merujuk pengertian sebagai hasil, kinerja merupakan catatan hasil yang diproduksi
atas fungsi pekerjaan tertentu atau aktivifitas selama periode waktu tertentu.
b. Kinerja merujuk pengertian
sebagai perilaku, kinerja merupakan seperangkat perilaku yang relevan dengan
tujuan organisasi tempat orang bekerja
Terkait
dengan konsep kinerja, ada 3 level kinerja yakni:
1. Kinerja organisasi; merupakan
pencapaian hasil (out come) analisis organisasi. Kinerja pada
level ini terkait dengan tujuan, rancangan dan manajemen organisasi.
2. Kinerja proses; merupakan kinerja pada
proses tahapan dalam menghasilkan produk dan layanan.
3.
Kinerja
individu; merupakan pencapaian atau efektifitas tingkat pekerjaan. Kinerja pada
level ini dipengaruhi oleh tujuan rancangan dan manajemen pekerjaan serta
karakteristik individu
2. Kinerja dalam Pandangan Islam
a.
Tentang
kinerja
Pengertian
kinerja atau prestasi kerja ialah kesuksesan seseorang di dalam melaksanakan
pekerjaan.[3]sejauh
mana keberhasilan seseorang atau organisasi dalam menyelesaikan pekerjaannya
disebut “level ofperformance”. Biasanya orang yang level of
performance tinggi disebut orang yang produktif, dan sebaliknya orang yang
levelnya tidak mencapai standart dikatakan sebagai tidak produktif atau ber performance
rendah.[4]
b. Ayat Al- Qur’an tentang kinerja
وَلِكُلٍّ دَرَجَاتٌ مِمَّا عَمِلُوا ۖ وَلِيُوَفِّيَهُمْ
أَعْمَالَهُمْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
Dan bagi
masing-masing mereka derajat menurut apa yang Telah mereka kerjakan dan agar
Allah mencukupkan bagimereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka sedang mereka
tiada dirugikan.( Al-Qur’an surat Al-Ahqaaf ayat 19)[5]
Dari ayat
tersebut bahwasanya Allah pasti akan membalas setiap amal perbuatan manusia
berdasarkan apa yang telah mereka kerjakan. Artinya jika seseorang melaksanakan
pekerjaan dengan baik dan menunjukkan kinerja yang baik pula bagi organisasinya
maka ia akan mendapat hasil yang baik pula dari kerjaannya dan akan memberikan
keuntungan bagi organisasinya.
Kita dapat
mengambil pelajaran dari ayat di atas bahwa setiap manusia yang bekerja akan
mendapatkan balasan yang sesuai dengan apa yang di kerjakannya. Seperti Allah
SWT akan menaikkan derajat bagi mereka yang bekerja
3. Syarat Manajemen Kinerja Islam
Beberapa syarat
manajemen kinerja islam,antara lain :
1. Kerja, aktifitas, amal dalam islam
adalah perwujudan rasa syukur kita kepada Allah SWT.[6]
2. Seorang muslim hendak nya
berorientasi pada pencapaian hasil :hasanah fi addunyaa dan hasanah fi
al-akhirath.[7]
Al-Qawyy merujuk kepada reliability,
dapat di andalkan, juga berarti, memiliki kekuatan fisik dan mental (emosional,
intelektual, spiritual), sementara Al-Amin merujuk kepada integrity, satunya
kata dengan perbuatan alias jujur, dapat memegang amanah.
Dari ayat di
atas dapat kita ambil pelajaran dari kisah Nabi Musa a.s. disebutkan di sumber
air yang terdapat di negeri yang bernama Mad-yan, ia menjumpai segumpulan orang
yang ingin memberi minum ternaknya. Lalu ia menjumpai dua orang wanita yang
sedang mengikat hewan ternaknya tetapi tidak memberi minum hewan ternak mereka
itu sebelum pengembala-pengembala yang lain member minum hewan ternaknya.
Melihat kejadian itu, Nabi Musa memberi minum hewan ternak milik kedua wanita
itu. Kemudian dua wanita ini berterima kasih kepada Nabi Musa atas apa yang
telah ia lakukan dan menyuruhnya untuk datang kepada ayah mereka yang bernama
Syuaib. Lalu Syuaib memberikan balasan (pekerjaan) kepada Nabi Musa.
4. Kerja keras
Cirri
pekerja keras adalah sikap pantang menyerah, terus mencoba hingga berhasil,
serta seorang pekerja keras tidak mengenal kata gagal. Dapat kita ambil
pelajaran bahwa setiap orang yang bekerja keras itu tidak boleh pantang
menyerah dengan apa yang terjadi. Terus terus dan terus mencoba hingga sampai
kepada keberhasilan. Tidak ada kata gagal, karena kegagalan adalah sukses yang
tertunda.
5. Kerja dengan cerdas
Cirri nya
memiliki pengetahuan dan keterampilan, terencana, memanfaatkan segenap sumber
daya yang ada,[8]
jika kerja dimaknai dengan semangat maka kinerja seorang muslim bersumber dari
visi nya : meraih hasanah fi dunya dan hasanah fi al-akhirath. Kerja dengan
cerdas maksudnya adalah bekerja dengan baik, sungguh-sungguh, dan mencapai
suatu keberhasilan sesuai dengan apa yang telah di rencanakan.
4. Filosofi Manajemen Kinerja Islam
Allah
SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah: 30
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ
خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ
الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي
أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Dan
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata:
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (Q.S. Al
Baqarah : 30)[9]
Ayat
tersebut menunjukkan kesangsian malaikat tentang kemampuan manusia untuk
mengelola bumi. Pertanyaan yang sangat wajar mengingat tugas menjadi khalifah
di muka bumi bukan merupakan tugas yang mudah, terlebih lagi malaikat
mengetahui bagaimana karakter buruk dari manusia.
Dari ayat di
atas dapat kita ambil pelajaran bahwa Allah Swt ingin manusia menjadi khalifah
(pengelola) di muka bumi. Tetapi para malaikat protes terhadap hal itu karena
menurut para malaikat manusia tidak bisa menjadi khalifah. Menurut para
malaikat manusia hanya bisa saling menumpahkan darah, sementara para malaikat
senantiasa bertasbih kepada Allah SWT. Allah SWT Berfirman Q.S Al-Ahzab: 72
إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا
الْإِنْسَانُ ۖ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا
“Sesungguhnya
Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka
semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.” (QS Al-Ahzab:72)
Akan tetapi
keputusan Allah menunjuk manusia sebagai khalifah pasti benar adanya, karena
Allah telah menyiapkan sedemikian rupa sehingga bumi seisinya dipersiapkan
untuk khalifah yang akan memakmurkannya.
وَهُوَ الَّذِي سَخَّرَ الْبَحْرَ لِتَأْكُلُوا مِنْهُ لَحْمًا
طَرِيًّا وَتَسْتَخْرِجُوا مِنْهُ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا وَتَرَى الْفُلْكَ
مَوَاخِرَ فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“dan Dia-lah
Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya
daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang
kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari
(keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.” (QS An-Nahl:14)
Allah juga
telah memberikan manusia kapasitas dasar manajerial dalam rangka tugasnya
sebagai khalifah, dalam kaidah tersebut hal yang mendasar dalam rangka bisa
mencapai kesuksesan adalah adanya kemampuan untuk mengelola (kemampuan
managerial). Kemampuan manajerial tersebut hanya dapat diaplikasikan terhadap
hal-hal yang terukur, sedangkan proses pengukuran dapat dilakukan apabila kita
mampu untuk mendefinisikan apa yang kita ukur tersebut.[10]Sehingga
dapat disimpulkan beberapa kata kunci dalam kaidah tersebut :
1.
Kapasitas untuk bisa mendefinisikan
2.
Kapasitas untuk bisa mengukur
Allah telah mengajarkan seluruh nama-nama
sehingga manusia mampu mendefinisikan segala sesuatu yang terdapat dimuka bumi
ini, ini merupakan karunia Allah kepada manusia dalam rangka tugasnya sebagai
khalifah, Keseimbangan alam semesta yang merupakan hasil penciptaan Allah
merupakan karya mahatinggi yang penuh dengan ketelitian dan keindahan.
Seandainya Allah tidak menciptakan segala sesuatu di muka bumi ini dengan
presisi (tingkat ketelitian tinggi) maka niscaya tata surya akan hancur lebur
karena bertabrakan satu dengan lainnya. Manusia mungkin tidak akan pernah ada
apabila komposisi udara didominasi oleh CO2. Kehidupan di bumi ini tidak akan
ada seperti saat ini apabila Allah tidak memberikan lapisan atmosfer yang
melindungi permukaan bumi dari sinar ultraviolet. Ini menunjukkan bahwa Allah
menciptakan alam semesta ini dengan penuh perhitungan agar kelak dapat
dimanfaatkan oleh manusia.
Oleh karena
itu terpenuhilah kapasitas dasar manusia untuk mengelola bumi ini dengan
kemampuannya untuk mendefinisikan dan kemampuannya untuk dapat mengukur
sehingga proses manajemen untuk memakmurkan alam semesta dapat dilakukan.[11]
Akan tetapi kapasitas dasar yang dimiliki manusia tersebut bisa menjadi pedang
bermata dua. Satu sisi bisa membawa kemakmuran apabila dikelola sesuai dengan
manajemen langit yang telah Allah ajarkan kepada manusia, sedangkan disisi lain
bisa mengantarkan kepada jurang kehancuran apabila pengelolaannya hanya
mengikuti manajemen hawa nafsu belaka.[12]
Dalam
konteks yang lebih kecil misalnya dalam sebuah organisasi atau perusahaan,
kemampuan untuk mendefinisikan dan kemampuan untuk mengukur ini sangat
dibutuhkan untuk mengetahui sejauhmana kinerja manajemen dalam mencapai visi
maupun misi organisasi tersebut. Apabila organisasi tidak dapat mendefinisikan tujuannya
maka dia tidak tahu apakah dia sudah melangkah kedepan atau hanya berjalan
ditempat.[13]
Dalam konsep
manajemen islam (red. syari’ah) pencapaian tujuan suatu organisasi atau
perusahaan tidak hanya sebatas di duniawi saja, akan tetapi menembus batas langit
sebagai tujuan akhir yang hakiki. Sehingga pengelolaan sumber daya yang
terdapat dalam perusahaan mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh
Allah agar dapat menembus tujuan akherat. aturan-aturan tersebut merupakan
koridor yang harus ditempuh agar Allah meridhoi. Sebagai contoh, dalam
perusahaan yang berbasis pada manajemen langit, maka tidak akan terdapat
eksploitasi sumberdaya alam secara berlebihan tanpa ada proses pelestarian.
Para karyawan dan pekerja menjadi aset bukan sumber daya yang dieksploitasi
habis-habisan dimana setelah tidak berguna dicampakkan. produk-produk yang
dihasilkan merupakan produk yang halal dan membawa manfaat untuk kemaslahatan
umat. Hal tersebut sangat kontras dengan konsep manajemen konvensional yang
seakan-akan boleh menghalalkan segala cara untuk mendatangkan keuntungan, tanpa
mempertimbangkan kemaslahatan umat.
5. Tujuan Manajemen Kinerja Islam
Sebenarnya
umat islam termasuk beruntung karena semua pedoman dan panduan sudah
terkodifikasi, kini tinggal bagaimana kita menterjemahkan dan mengapresiasikan
nya dalam kegiatan harian, mingguan, dan bulanan. Jika kita pandang dari sudut
bahwa tujuan hidup itu mencari ridha allah SWT maka apapun yang dikerjakan nya,
apakah di rumah, di kantor, di ruang kelas, di perpustakaan, di ruang
penelitian atau pun dalam kegiatan ke masyarakatan, takkan lepas dari kerangka
tersebut.
Artinya,
setiap pekerjaan yang kita lakukan, dilaksanakan dengan sadar dalam rangka
pencapaian ridha allah. Cara melihat seperti ini akan memberikan dampak,
misalnya, dalam kesungguhan mendapat pekerjaan. Jika seseorang sudah meyakini
bahwa Allah SWT sebagai tujuan akhir hidup nya maka apa yang dilakukan nya di
dunia tak dijalan kan dengan sembarangan. Ia akan mencari kesempurnaan dalam
mendekati kepada Al-Haq. Ia akan mengoptimalkan seluruh kapasitas dan kemampuan
indrawi yang berada pada diri nya dalam rangka mengaktualisasikan tujuan
kehidupan nya.[14]
Ini bias berarti bahwa dalam bekerja ia akan sungguh-sungguh karena bagi diri
nya bekerja tak lain adalah ibadah, pengabdian kepada yang maha suci. Lebih
seksama lagi, ia akan bekerja dalam bahasa populernya secara professional.[15]
Apa itu
professional? Dalam khasanah islam mungkin bias dikaitkan dengan padanan kata
ikhsan. Setiap manusia, seperti di ungkapkan Al-Qur’an, diperintahkan untuk
berbuat ikhsan agar dicintai Allah. Kata ikhsan sendiri merupakan salah satu
penguat disamping kata iman dan islam. Dalam pengertian yang sederhana, ikhsan
berarti kita beribadah kepada Allah seolah-olah ia melihat kita. Walaupun kita
memang tidak bisa melihat-Nya, tetapi pada kenyatan nya allah menyaksikan
setiap perbuatan desir kalbu kita. Ikhsan adalah perbuatan baik dalam
pengertian sebaik mungkin atau secara optiamal.
Menurut
nurcholis madjid, dari konteks hadist itu dapat disimpulkan bahwa ihsan berarti
optimalisasi hasil kerja dengan jalan melakukan pekerjaan itu dengan sebaik
mungkin, bahkan sesempurna mungkin. Penajaman pisau untuk menyembelih merupakan
isyarat, efesiensi dan daya guna yang setinggi-tinggi nya. Allah sendiri
mewajibkan ihsan atas segala sesuatu seperti tercermindalam Al-Qur’an, yang
membuat baik, sebaik=baik nya segala sesuattu yang diciptakanNya.
6. Pembagian Manajemen Kinerja Islam
Dalam
pelaksanaan kerja bisa saja terjadi ada nya dua perintah sehingga menimbulkan
dua arah yang berlawanan. Oleh karna itu, perlu alur yang jelas dari mana
karyawan mendapat wewenang untuk melaksanakan pekerjaan dan kepada siapa ia
harus mengetahui batas wewenang dan tanggung jawab nya agar tidak terjaid
kesalahan. Pelaksanaan kesatuan pengarahan (unity of direction) tidak
dapat terlepas dari pembagian kerja, wewenang dan tanggung jawab, disiplin,
serta kesatuan perintah.[16]
Pembagian
kinerja harus disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian sehingga pelaksanaan
kerja berjalan efektif. Oleh karna itu, dalam penempatan karyawan menggunakan
prinsip the right man in the right place. Pembagian kerja
harus rasionla/objektif, bukan emosional subyektif yang didasarkan atas dasar
like and dislike.
Dengan
adanya prinsip orang yang tepat ditempat yang tepan (the right man in the
right place) akan memberikan jaminan terhadap kestabilan, kelancaran
dan efesiensi kerja, pembagian kinerja yang baik merupakan kunci penyelenggaran
kerja. Kecerobohan dalam pembagian kinerja akan berpengaruh kurang baik dan
mungkin menimbulkan kegagalan dalam penyelenggaraan pekerjaan, oleh karna itu,
seorang manajer ynag berpengalaman akan menempatkan pembagian kinerja sebagai
prinsip utama yang akan menjadi titik tolak bagi prinsip-prinsip lain nya.
7. Manfaat Manajemen Kinerja Islam
Hakikat
manajemen kinerja adalah bagaimana mengelola seluruh kegiatan organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkann sebelum nya. Manajemen
kinerja bukan nya memberi manfaat kepda organisasi saja tetapi juga kepada
manajer dan individu. Bagi organisasi, manfaat manajemen kinerja adalah
menyesuaikan tujuan organisasi drengan tujuan tim individu, memperbaiki
kinerja, memotivasi pekerja, meningkatkan komitmen, mendukung nilai-nilai inti,
memperbaiki proses pelatihan dan pengembangan, meningkatkan dasar ketrampilan,
mengusahakan perbaikan, membantu pekerja terampil agar tidak pindah, dan
mendukung program perubahan biaya,
Bagi manajer
manfaat manajemen kinerja antara lain, menawarkan peluang menggunakan waktu
secara berkualitas, memperbaiki kinerja tim dan individual, mengusahakan
penghargaan nonfinansial pada staf, membantu karyawan yang kinerja nya rendah,
digunakan untuk mengembangkan individu, mendukung kepemimpinan, proses motivasi
dan pengembangan tim, mengusahakan kerangka kerja untuk meninjau ulang kinerja
dan tingkat kompensasi.
Bagi individu, manfaat manajemen kinerja antara lain dalam bentuk, memperjelas peran dan tujuan, mendorong dan mendukung untuk tampil baik, membantu pengembangan kemampuan dan kinerja, peluang menggunakan waktu secara berkualitas, dsb.
Bagi individu, manfaat manajemen kinerja antara lain dalam bentuk, memperjelas peran dan tujuan, mendorong dan mendukung untuk tampil baik, membantu pengembangan kemampuan dan kinerja, peluang menggunakan waktu secara berkualitas, dsb.
BAB III
KESIMPULAN
a.
Kesimpulan
Manajemen kinerja didefenisikan oleh Bacal (1999) sebagai
proses komunikasi yang berkesinambungan yang dilakukan dalam kemitraan antara
seorang karyawan dan atasan.
Jadi, kesimpulan dari manajemen kinerja adalah kegiatan
yang mengkaji ulang kinerja secara berkesinambungan untuk meningkatkan dan
mengembangkan kinerja lebih lanjut
Tujuan manajemen kinerja ada 3 macam, yaitu: tujuan
strategik, tujuan administratif, dan Tujuan Pengembangan. Prinsip-prinsp dasar
manajemen kinerja adalah kejujuran, Pelayanan, Tanggung jawab, Bermain, Rasa
kasihan, Perumusan tujuan, Konsensus dan kerja sama, Berkelanjutan, Komunikasi
dua arah, Umpan balik.
b.
Saran
Pemakalah menyarankan kepada para pembaca untuk
membaca materi lain yang berkenaan atau menyangkut materi ini. Karena,
pemakalah hanya menyajikan materi yang sesuai dengan ilmu yang dimiliki oleh
pemakalah.
DAFTAR PUSTAKA
-Erinie Tisnawati, 2008, Pengantar
Manajemen, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
-Agus Dharma, 2003. Manajemen
Supervisi, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
-Irine Diana Sari Wijayanti, SE, MM, 2008, Manajemen,
Yogyakarta: Mitra Cendikia Pres.
-CN Parkison, 1986, Manajemen
Efektif, Semarang: Dahara Prize.
-Prof Dr Wibowo, S. E., M. Phil, 2009, Manajemen Kinerja edisi kedua, Jakarta:
Rajawali Pers
Dr.Mutiara S. Panggabean, M. E,
2002, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bogor : Eghalia Indonesia.
-Dr. Surya Dharma MPA, 2005, Manajemen
Kinerja, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
-Ahmad Ibrahim, 2012, Manajemen Syari’ah, Jakarta: Rajawali Pers.
Prof.Dr. Lijen Poltak Sinambela MM
M.PD, 2014, Kinerja Pegawai Teori Pengukuran dan Implikasi, Yogyakarta:
Graha Ilmu
-Prof. Dr, Moeharjono M. Si, 2012, Pengukuran
Kinerja Brbasis Kompetensi Edisi Revisi, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
-Dewrmawan Wibisono Ph. D,
2008, Manajemen Kinerja, Jakarta: Erlangga.
-Randalls Schuler dan Susan E.
jacson, 2010, Manajemen SDM, Jakarta: Erlangga.
-George R. Terry dan Leslic N. rue,
2010, Dasar-dasar Manajemen, Jakarta: Bumi Aksara
-Steppen P. Robbins, dan Mary
Coulter, 2010, Manajemen Jilid 2, Jakarta: Erlangga.
[1]. Lebas,
M, Perfomance Measurement and Perfomance, International Journal of
Production Economics, 1995, Hal 1-3
[2]. Lebas, M, Perfomance Measurement
and Perfomance, International Journal of Production Economics, 1995, Hal 1-3
[11]. Suit,
Yusuf dan Almasli, Aspek Sikap Mental Dalam Manajemen Sumber Daya Manusia, Ghalia
Indonesia, 1997. Hal 89.
[13]. Prof Dr. Wibowo, S. E, M. Phil, Manajemen
Kinerja edisi kedua, Jakarta: Rajawali Pers, 2009, Hal 21
The casino, poker rooms and events in India
BalasHapusIn India, the most popular games include the popular video poker, roulette, 안산 출장샵 and slot 평택 출장마사지 machines. 제천 출장안마 But 군포 출장샵 where did people find them? 안성 출장마사지 Here's how.